Senin, 19 Januari 2015

Sepsis Neonatorum

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATORUM
A.    PENGKAJIAN
Identitas Klien
Riwayat Penyakit
a)       Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.
b)      Riwayat penyakit sekarang
Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua, tapi kejadian ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.
c)       Riwayat penyakit dahulu.
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.
d)      Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.

Riwayat Tumbuh Kembang
a)       Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil / persalinan, persalinan dengan tindakan / komplikasi.
b)      Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

Pemeriksaan Fisik
a.       Tanda-tanda umum
-          Bayi secara umum “tidak berlaku baik”
-          Kontrol suhu buruk, hipotermi umum, hipertermia jarang
-          Menyusu buruk, intoleransi pemberian susu

b.      System sirkulasi
-          Pucat, sianosis atau mottling
-          Kulit dingin dan lembab
-          Hipotensi
-          edema
-          Denyut jantung abnormal (bradycardi, tacycardia)
c.       System pernapasan
-          Pernapasan tidak teratur (apnea, takipnea)
-          Sianosis
-          Mengorok
-          Dispnea
-          Retraksi
-          Desaturasi
d.      System saraf pusat
-          Penurunan aktivitas (letragie, hiporefleksia, koma)
-          Peningkatan aktivitas (peka rangsang, tremor, kejang)
-          Fontanel penuh
-          Peningkatan atau penurunan tonus
-          Gerakan bola mata abnormal
e.       System gastrointestinal
-          Menyusu buruk
-          Muntah, peningkatan residu lambung setalah menyusu
-          Diare atau penurunan defekasi
-          Darah samar pada feses
-          Distensi abdomen
-          hepatomegali
f.       System hepatopoetik
-          Ikterik
-          Pucat
-          Purpura, ptekie, ekimosis
-          Splenomegali
-          Perdarahan


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka, trauma jaringan ringan, cairan tubuh statis, perubahan pH pada sekresi)
b.      Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
c.       Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya supply oksigen/pernapasan irreguler.
d.      Resiko tinggi defisit volume cairan sehubungan dengan diare, muntah, perpindahan cairan dari jaringan interstitial ke vaskuler.
e.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual, muntah, metabolisme meningkat.

C.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka, trauma jaringan ringan, cairan tubuh statis, perubahan pH pada sekresi)
a.       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam tidak ada faktor risiko infeksi.
b.      Kriteria hasil
-          Terbebas dari gejala atau tanda infeksi.
-          Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.
-          Tanda-tanda vital dalam batas normal sesuai usia.
-          Hasil kultur negatif, tidak ada pertumbuhan kuman.

INTERVENSI
RASIONAL
1. pantau tanda gejala infeksi dan tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses risiko terjadinya infeksi.
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia lanjut, tanggap imun rendah, malnutrisi)
Usia lanjut, tanggap imun rendah, malnutrisi dapat menjadi faktor pemicu serangan infeksi
3. Batasi pengunjung dan ajarkan cara mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan pasien
Pengunjung dapat meningkatkan risiko infeksi, mencuci tangan dapat mencegah infeksi nosokomial.
4. Lakukan teknik isolasi jika memingkinkan
Teknik isolasi diterapkan untuk mencegah infeksi nosokomial
5. Instruksikan untuk menjaga hygiene pribadi
Personal hygine dapat mencegah terjadinya infeksi
6. lakukan pembersihan mulut tiap 2-3 jam dengan cairan antiseptik
pembersihan mulut dapat mencegah terjadinya infeksi
7. pertahankan teknik aseptic saat melakukan pengisapan, kalau prlu gunakan closed suction
teknik aseptic dapat mencegah terjadinya infeksi
8. evaluasi warna jumlah dan bau sputum setiap kali dilakukan pengisapan
warna jumlah dan bau sputum dapat digunakan sebagai indikasi terjadinya sepsis.
9. jaga kebersihan bag valve dan lakukan desinfeksi dekontaminasi setelah pemakaian
desinfeksi dekontaminasi setelah pemakaian dapat mencegah terjadinya infeksi
10. ganti selang atau tabung ventilator 24-72 jam
Penggantian peralatan pada pasien dapat mencegah terjadinya infeksi
Kolaborasi
a.       Pemeriksaan kultur darah, sputum dan urine
b.      Berikan terapi antibiotic bila diperlukan
Kolaborasi
a.       Pemeriksaan kultur darah, sputum dan urine dapat menunjukan adanya kuman penyebab infeksi
b.      Antibiotic digunakan untuk tarpi pasien infeksi

  1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
a.       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam tidak terjadi hipertermi.

b. Kriteria Hasil
1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulit
Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi
Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres.
Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam. Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan penurunan dan peningkatan panas secara drastis.
Kolaborasi
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun.
Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas dengan segera.
  1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume bersirkulasi akibat dehidrasi
a.       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam perfusi jaringan perifer efektif.
b. Kriteria Hasil
1. Tercapai keseimbangan di dalam ruang interselular dan ekstraselular
2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan
3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi jaringan
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI
RASIONAL
1. Perawatan sirkulasi (misalnya periksa nadi perifer,edema, pengisian perifer, warna, dan suhu ekstremitas)
1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan panas/dingin
2. mengetahui sensasi perifer, kemungkinan parestesia
3. pantau status cairan
3. mengetahui keseimbangan antara asupan dan haluaran

4.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
a.       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam terjadi keseimbangan volume cairan
a. Kriteria Hasil
1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulit
Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang dan dehidrasi.
Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika terjadi hipertermi, dan pertimbangkan untuk langkah kolaborasi dengan memberikan antipiretik.
Kompres air hangat lebih cocok digunakan pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh karena itu pemberian antipiretik diperlukan untuk segera menurunkan panas, misal dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan jumlah pemberian yang telah ditentukan
Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal diperlukan untuk mencegah bayi dari kondisi lapar dan haus yang berlebih.



5.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
a.       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
b.      Kriteria hasil
- pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
- pasien tampak lebih segar tidak lemas
- terjadi peningkatan berat badan sesuai usia pasien
b. Intervensi dan Rasional
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
1. pengkajian digunakan sebagai tahap awal untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
2. cara menghidangkan makanan yang sesuai, dapat meningkatkan nafsu makan pasien
3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur
3. makanan yang mudah ditelan membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .
4.      Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
4.makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering dapat menghindari rasa mual
5.      Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
5.untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien sehari-hari
6.      Kolaborasi: Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
6. Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
7.      Ukur berat badan pasien setiap minggu
7. Untuk mengetahui status gizi pasien





DAFTAR PUSTAKA
Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Wong, Donna. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Marilynn E. Dongoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar